Cermin Retak Itu -->

Silakan ketik kata kunci

Cermin Retak Itu


Oleh Almaidatul Istibsyaroh*

Buku Risalah Pesona ini tentu memaksaku sedikit menyambungkannya dengan novel karyaku pribadi. Entah karena kebetulan atau memang karena yang lain. Namun semuanya tentu tak bisa lepas dari qadarullah semata.

Ada satu dua bab yang benar-benar membuatku menitikkan airmata. Sehingga di pagi sahur aku pun menelepon lelaki yang (tak) pernah saya rindukan. Ada harap dalam suaranya agar aku bisa pulang dan menemaninya sebagaimana sebuah tradisi kampung bahwa anak wanitalah yang akan menjaga rumah.

Namun entahlah, aku masih bimbang. Aku takut rasa sayangnya hanya gurauan semata. Aku masih mencoba mencari jalan terbaik antara kebutuhan anak-anakku dan kebutuhannya. Aku masih fokus meminta pada-Nya agar aku diberikan pilihan yang terbaik tentu yang berisi memenuhi kebutuhan anak anakku dan memenuhi inginnya.

Kembali kepada buku Risalah Pesona dalam sub judul Lelaki yang Paling di rindu itu. Di sini aku masih sangat yakin bahwa dalam sebuah cermin yang retak, aku pun masih mampu menemukan bayanganku di dalamnya dengan sempurna. Entah di bagian serpih yang mana. Cermin retak itu tak selalu membuatku kehilangan kesempatan untuk menemukan sebuah kehidupan yang sempurna. Semuanya kembali kepadaku, semuanya tergantung seberapa yakinku pada Dia Sang Pengatur Segala.

Cerminku terlanjur retak, jika dulu semasa kecilku, aku sempat mencaci takdirku, namun tidak di masa balighku. Cinta-Nya telah menuntun diri untuk memilih jalan mana yang seharusnya ditapaki. Hingga suatu ketika tibalah masaku untuk berkeluarga. Tanpa pertimbangan yang ruwet, aku hanya butuh sosok lelaki yang mampu dan mau membimbingku. Sosok yang kuat, yang tentu sevisi misi denganku. Dan Allah kabulkan ia dengan cara-Nya. Iya, jika dalam buku Risalah Pesona itu, penulis hanya ingin dikaruniakan pasangan yang ber 'jilbab' maka setidaknya aku pun sama, mengharapkan pasangan yang siap menjadi 'jilbab' untuk menutup sekian auratku hanya karena-Nya semata.

MasyaaAllah, hidup ini terlalu indah untuk hanya sekadar dilihat oleh mata tanpa kaca.

Barakallah Kak Rafif Amir Ahnaf, tak sia-sia Allah pertemukan kembali di saat yang tepat, ketika 'jilbab' ku pun telah memberiku izin untuk kembali berkarya.

Terimakasih tak terhingga untukmu, cinta Arie Dwi Tejo Kristianto

*) Alumni Smile Batch 3, tinggal di Gresik
SmileShare @RafifAmirAhnaf @rafif_amir
Cancel