Aroma dan Cita Rasa Tulisan -->

Silakan ketik kata kunci

Aroma dan Cita Rasa Tulisan


Oleh Nuryum 

Beberapa waktu yang lalu, sekitar lima tahun lalu, aku sangat tidak tertarik dengan sebuah novel. Subjektivitasku saat itu, menilai bahwa membaca novel adalah membuang waktu. Novel adalah bacaan yang  tidak mengajak berpikir dan tidak berbobot. Ya, itu pendapatku dulu.

Demikian aku menilai hampir semua novel yang ada. Apalagi jika sampai ditulis berbab-bab dan beratus halaman. Sungguh tidak tertarik, bahkan untuk sekedar melirik.

Kalaupun sesekali tertarik, itu pun membacanya tergesa karena ingin segera sampai di ujung cerita. Tak menikmati setiap halaman demi halaman yang ada. Hanya sekadar ingin tahu bagaimana awal dan akhir cerita. Selepas itu tak ada yang berbekas di hati, sekadarnya saja.

Buku yang menjadi selera saat itu adalah buku biografi. Tapi itu pun baca sesekali. Kadang suka, lebih seringnya lewat juga. Mungkin itu sebab, akhirnya aku menjadi orang yang kurang update seperti terkungkung dalam tempurung.

Aku ingat ada guruku dulu mengatakan bahwa seiring usia, selera bisa berubah. Beliau bercerita bahwa dulu suka sekali dengan novel. Namun seiring waktu, beliau merasa bahwa kegemarannya membaca novel semakin menipis.

Nah, mungkin seiring usia pula, kini aku lebih cenderung dan bergairah ketika ada novel di depan mata. Rasanya betah dan tahan berlama-lama dengannya. Menikmati lembar demi lembar cerita. Membaui aroma dan merasakan kelezatan cita rasa di setiap ceritanya.

Tentunya bukan sembarang novel yang dibaca. Novel karya penulis-penulis yang memiliki latar belakang agama jelas lebih kusuka. Ya, latar belakang seorang penulis tentu memengaruhi gaya penulisannya. Utamanya pesan yang ingin disampaikan lewat tulisan-tulisannya. Bagaimana dia, seorang penulis itu mengajak kebaikan tanpa menggurui secara langsung, dan bagaimana pula dia bisa melakukan otokritik tentang kondisi yang ada. Semua mampu dirangkaikan dalam tulisan-tulisan yang menghipnotis pembacanya.

Seorang penulis cerita, entah itu novel atau cerita pendek, tidak hanya 'sekedar' membuat cerita ala kadarnya. Butuh effort luar biasa untuk menyajikan kisah apik yang menarik pembaca. Salah satunya adalah mereka melakukan riset yang serius tentang tema yang akan dihidangkannya. Sebuah usaha yang tak main-main untuk memenuhi hasrat pembacanya dan menjadi lebih berkualitas buku yang ditulisnya.

Namun, banyak pula beredar tulisan entah itu cerita pendek atau novel yang terlalu vulgar, atau bahkan mengajak kepada kebatilan. Sungguh mengenaskan. Tentu ini karena penulisnya memiliki latar belakang atau prinsip yang tidak sama.

Apapun itu, entah novel, biografi, buku motivasi, buku agama atau buku yang meningkatan kompetensi yang sesuai kita, jangan dilihat sebelah mata. Di masa pandemi korona, waktu yang tersedia jangan dilewatkan begitu saja. Membaca buku adalah salah satu aktivitas menarik yang layak dicoba.

*Peserta 60HMB Batch 4
SmileShare @RafifAmirAhnaf @rafif_amir
Cancel